


Nyadran Punden Desa Lemahireng
Nyadran Punden
Nyadran merupakan tradisi Jawa yang terikat erat dengan penghormatan
kepada leluhur dan nenek moyang dan Punden adalah makam cikal bakal pendiri Desa
Lemahireng. Biasanya, nyadran punden Desa Lemahireng dilaksanakan pada “Sasi
Besar” menjelang bulan “Suro”. Tradisi ini memiliki akar budaya yang dalam, tradisi
nyadran merupakan perpaduan antara kepercayaan lokal dan ajaran Islam.
Mayoritas Masyarakat Desa Lemahireng masih memegang erat tradisi nyadran,
tradisi tersebut juga mengajarkan kedisiplinan dan kepedulian karena tradisi tersebut
dilaksankan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat Desa Lemahireng. Makna tradisi
nyadran menurut Masyarakat desa lemahireng merupakan “Penghormatan kepada
Leluhur” Tradisi ini menunjukkan rasa hormat kepada Leluhur yang telah mendahului,
dan dianggap berjasa dalam kehidupan keturunan dan Desa Lemahireng khususnya.
Dalam Pelaksanaanya ketika waktu nyadran sudah tiba warga desa berbondong-
bondong datang ke punden dengan rasa penuh tanggung jawab membawa nasi bucu
dan sejenisnya sebagai sarana dan wujud rasa syukur sekaligus menumbuhkan rasa
kebersamaan karena nantinya nasi bucu yang dibawa setiap warga akan dibagi-bagikan
dan dimakan bersama seluruh warga yang dating. Dengan penuh kesederhanaan
makanan tadi dihidangkan di atas daun pisang dan dimakan bersama seluruh warga yang
hadir dalam kegiatan nyadran tersebut.



